Selasa, 01 Mei 2012

Analisis Perubahan Pendapatan

Analisis Perubahan pendapatan
  1. Pentingnya analisis perubahan penghasilan dan biaya
Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu :
o   Menurut ilmu ekonomi. Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
o   Menurut ilmu akuntansi. Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan :
  • Sumber pendapatan
  • Produk dan kegiatan utama perusahaan.
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi (selama periode) yang timbul dalam rangka kegiatan usaha dari suatu badan bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan meningkatkan kontribusi dari ekuitas peserta. (IAS 18,7). Pendapatan harus diukur pada nilai wajar dengan pertimbangan diterimanya piutang.(IAS 18,9) .
Pengakuan PendapatanPencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem pembukuan sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statement keuangan.
Dua konsep penting:
  • Pembentukan pendapatan (earning of revenue)
  • Realisasi pendapatan (realization of revenue)
Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk jasa. Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk atau baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang sangat berlainan jenis maupun arti pentingnya bagi perusahaan.
Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan.
Kriteria pengakuan pendapatan.Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui adalah :
  • Definsi item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
  • Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
  • Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan.
  • Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji, dan netral.
    Empat kriteria pengakuan di atas, diterapkan pada semua item yang akan diakui pada laporan keuangan. Namun SFAC No.5 menyatakan persyaratan yang lebih mengikat dalam hal pengakuan komponen laba dan pada pengakuan perubahan lainnya dalam aktiva atau kewajiban. Sebagai tambahan pada empat kriteria pengakuan secara umum yang telah dijelaskan sebelumnya, pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila :
a.Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.
b.Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk menghasilkan laba telah selesai. Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasikan ketiga klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas, seperti emas, dimana ada pasar publik untuk jumlah tak terhingga, dan produk tersebut dapat dibeli dan dijual pada harga pasar yang telah diketahui.
c.Pengukuran pendapatan. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai wajar disini dimaksudkan sebagai suatu jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memakai dan berkeinginan untuk meakukan transaksi wajar, kemungkinan kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima. Pengakuan pendapatan
Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK No.23 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi, namun dalam keadaan tertentu adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu secara keseluruhan.
  1. Laporan perubahan laba bruto dan analisisnya
Laba kotor (gross profit) merupakan selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. Karena itu laba kotor dipengaruhi oleh harga dan kuantitas penjualan, dan juga harga perolehan tiap unit produk yang terjual. Dari sisi penjualan, perubahan Laba kotor dipengaruhi oleh adanya perubahan pada item:
1.    perubahan harga jual per unit produk,
2.  perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual atau dihasilkan.
Dari sisi harga pokok penjualan perubahan laba kotor dipengaruhi oleh adanya perubahan :
1.    Harga pokok rata-rata per unit produk, dan
2.    Kuantitas atau volume produk yang dijual.
Berikut diuraikan beberapa formula untuk mengukur variance atau ”penyimpangan” realisasi laba kotor dari laba kotor yang dianggarkan. Formula-formula ini bisa juga digunakan untuk mebuat analisis perubahan laba kotor antara tahun sekarang dengan tahun seelumnya. Untuk tujuan ini maka kata-kata ”dianggarkan” dalam formula ini diganti dengan kata-kata ”tahun lalu”.
Karena pertimbangan biaya dan kepraktisan, perusahaan-perusahaan yang relatif kecil sering tidak mau membuat anggaran yang lebih spesifik/formal dalam menjalankan bisnisnya. Sebagai pengganti anggaran mereka menggunakan pengalamannya tahun-tahun sebelumnya sebagai patokan (benchmark) untuk tahun terakhir.
a.       Perubahan harga jual (sales price variance); yaitu adanya perubahan antara harga jual yang sesungguhnya dengan harga jual yang dianggarkan, atau harga jual periode sebelumnya.
b.       Perubahan kuantitas produk yang dijual (Sales Volume Variance); yaitu adanya perbedaan anatara kuantitas produk yang direncanakan atau periode sebelumnya dengan kuantitas yang sesungguhnya terjual.
c.        Perubahan harga pokok penjualan per unit produk (Cost Price Variance); yaitu adanya perbedaan antara harga pokok penjualan per unit produk (unit cost) menurut anggaran atau periode sebelumnya dengan harga pokok sesungguhnya.
  1. Berbagai macam bentuk ratio antar perkiraan di laporan rugi laba sehubungan dengan analisis perubahan pendapatan
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengertian dari modal kerja disini peneliti kemukakan beberapa pendapat :
a. James C Van Harne (1997:214) menyatakan, bahwa “Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar, dan modal kerja kotor adalah investasi perusahaan dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dan persediaan”
b. J. Fred Weston Eugene F. Brigham (1991:157), menyatakan bahwa “Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan”.
c. Bambang Riyanto (1995:7), mengemukakan 3 (tiga) konsep pengertian modal kerja yaitu :
a.       Konsep kuantitatif. Konsep ini menunjukan jumlah dana ( fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancer ( gross working capital ).
b.      Konsep kualitatif. Menitik beratkan pada kualitas modal kerja menurut konsep ini modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhdap hutang lancar ( net working capital ). Sehingga menunjukan margin of protection ( tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek )
c.       Konsep fungsional. Menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam menghasilkan laba dari usaha pokok perusahaan yaitu current income dan future income. Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja adalah harta yang dimiliki perusahaan yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional perusahaan tanpa mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan memperoleh laba yang optimal.
Tujuan laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut. Laporan perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana management mengelolah perputaran atau sirkulasi modalnya
  1. Laporan Keuangan
Tahapan berikutnya dalam siklus akuntansi adalah mempersiapkan laporan keuangan. Laporan keuangan ini sangat penting bagi pihak manajemen, kreditor dan investor.Laporan keuangan terdiri dari 3 macam :
1.       
    • Laporan Laba-Rugi (income statement). Laporan laba-rugi adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami laba atau rugi dalam satu periode akuntansi.
    • Laporan Perubahan Modal (statement of equity) . Laporan perubahan modal adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan bertambahnya atau berkurangnya modal suatu perusahaan akibat dari laba atau rugi yang diterima oleh perusahaan tersebut dalam satu periode akuntansi.
    • Neraca (balance sheet) . Laporan neraca adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menunjukan keadaan keuangan secara sistematis dari suatu perusahaan pada saat tertentu dengan cara menyajikan daftar aktiva, utang dan modal pemilik perusahaan.
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa laporan keuangan sebenarnya banyak sekali namun pada penelitian kali ini penulis menggunakan analisa rasio keuangan karena analisa ini lebih sering digunakan dan lebih sederhana.
Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan data laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran kelemahan dan kemampuan finansial perusahaan dari tahun ketahun. Jenis-jenis analisa rasio keuangan adalah :
a. Rasio Likuiditas . Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban- kewajiban jangka pendeknya. Ada 3 (tiga) macam rasio likuiditas yang digunakan,
yaitu :
1)       Current Ratio =………………………(1)
2)       2) Acid Test Ratio = ….(2)
3)       3) Cash Position Ratio =………………(3)
b. Rasio Solvabilitas. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang). Ada 4(empat) rasio solvabilitas yang digunakan. yaitu :
1) Total Debt To Equity Ratio=…………………… ………… ………… …..(4)
2) Total Debt To Total Assets Ratio=…………………… ………… ………… …….(5)
3) Long Term Debt To Equity=…………………… ………… …(6)
4) Long Term Debt To Total Assets =………………… ………… ……..(7)
cRasio Profitabilitas. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Ada 4 (empat rasio profitabilitas yang digunakan,  yaitu :
1) Return On Equity (ROE)=……………… ………….(8)
2) Return On Assets (ROA) =……………… ……….(9)
3) Net Profit Margin=……………… ………… ………….(10)
4) Gross Profit Margin =……………… …………(11)
Laporan Rugi Laba
Karena laporan rugi laba merupakan laporan akuntansi utama, maka laporan ini tidak asing lagi di setiap perusahaan. Banyak kesan bahwa menyusun laporan ini sulit, Pada hal sangat sederhana apalagi dikerjakan pada sistem akuntansi komputer, untuk menerbitkan laporan ini tinggal clik command button, komputer segera mengerjakannya. Sesungguhnya memang sederhana dan gampang sekali. Timbulnya kesan rumit adalah karena laporan ini melibatkan semua transaksi yang jumlahnya relative banyak, mulai dari awal periode akuntansi sampai periode akhir. Jumlah yang banyak itulah yang sulit, namun dengan bantuan komputer semua itu jadi mudah dan cepat. Untuk memahami laporan Rugi laba kita perhatikan konsep dasarnya yang sangat sederhana yaitu :
Untung = Jual – Beli
Sekarang kita kembangkan, Jual itu dalam suatu kegiatan usaha melibat unsur diskon, retur dll. Sedangkan unsur beli melibatkan unsur barang yang dijual sebagai biaya pokok. Disamping itu dalam melakukan usaha tersebut melibatkan kegiatan operasional yang menyebabkan timbul biaya operasional. Selain itu masih terdapat unsur lain yaitu unsur yang tidak terkait langsung dengan usaha pokok perusahaan kita sebut saja pendapatan/biaya diluar usaha atau biaya lain lain dan terakhir terdapat hubungan dengan kewajiban kepada pemerintah yaitu berupa pajak.
  1. Operating ratio
Rasio keuangan yang berhubungan dengan kinerja penjualan yaitu:
  • Profit margin. Profit margin merupakan salah satu rasio rentabilitas yang menggambarkan laba (rugi) bersih per penjualan yang dihasilkan.  Rumus untuk mencari profit margin adalah:
Profit Margin = (Laba Bersih/Penjualan) * 100%
Semakin tinggi nilai profit margin berarti semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
  • Rasio operasi. Rasio operasi menggambarkan perputaran operating assets dalam hubungannya dengan penjualan bersih dan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
Rasio Operasi = (Penjualan Bersih/Aktiva Lancar) * 100%
Semakin tinngi rasio operasi berarti menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan aktiva lancar yang dimiliki dalam menghasilkan penjualan bersih.
  1. Faktor-faktor  yang mempengaruhi laba bersih
Menurut Ahmed Belkaouli dalam bukunya Teori Akuntansi jilid 1(1987:Erlangga) Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks.
7.       Analisis Perubahan Pendapatan.
Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu :
1. Menurut ilmu ekonomi, Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
2. Menurut ilmu akuntansi, Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan.
Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasikan ketiga klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas, seperti emas, dimana ada pasar publik untuk jumlah tak terhingga, dan produk tersebut dapat dibeli dan dijual pada harga pasar yang telah diketahui. Pengukuran pendapatan
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai wajar disini dimaksudkan sebagai suatu jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memakai dan berkeinginan untuk meakukan transaksi wajar, kemungkinan kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima.
Pengakuan pendapatan. Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK No.23 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi, namun dalam keadaan tertentu adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu secara keseluruhan.

Selasa, 03 April 2012

Break Event Point

Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya) BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah 1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba 2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. 3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan 4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya. Bagaimana cara menghitungnya? Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau price tergantung untuk kebutuhan PERHITUNGAN BEP Atas dasar unit BEP unit = FC / P - FC Atas dasar sales dalam rupiah BEP Rupiah = FC / -1 VC/P Keterangan: FC : Biaya Tetap P : Harga jual per unit VC : Biaya Variabel per unit Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi. Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi http://ilmumanajemen.wordpress.com/

Selasa, 20 Maret 2012

Analisa sumber dan penggunaan modal

2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Menurut S. Munawir (2007:5) dalam buku analisa laporan keuangan menyebutkan “Laporan Keuangan adalah suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari Neraca dan perhitungan Laba Rugi serta Laporan Perubahan Modal Kerja, dimana Neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan Laba Rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Sedangkan menurut Djarwanto (2005:1) “Laporan keuangan menggambarkan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak-pihak yang ada dalam perusahaan, maupun pihak-pihak yang berada di luar perusahaan” Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah alat penyedia informasi keuangan suatu perusahaan sebagai hasil ringkasan kegiatan dari suatu proses pencatatan transaksi keuangan yang terjadi selama periode akuntansi yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan. 2.1.2 Susunan Laporan Keuangan Neraca 1. Pengertian neraca neraca (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva, atau dengan kata lain, aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Jadi, Neraca menggambarkan posisi keuangan dari suatu kesatuan usaha yang merupakan keseimbangan antara aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal (equity) pada suatu tanggal tertentu. Bila disusun dalam bentuk persamaan akan nampak bahwa : Aktiva = Utang + Modal 1.Aktiva Lancar (Current asset) Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau diuangkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal) Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah : a. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. b. Piutang usaha (Account Receivable) adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit c. Surat berharga merupakan investasi jangka pendek untuk pemanfaatan dana yang tidak digunakan dan sifatnya dapat diperjual-belikan dengan segera d. Persediaan Barang Dagang (Merchandise Inventory) adalah persediaan barang yang siap untuk dijual. e. Biaya dibayar dimuka, yaitu Biaya yang manfaatnya akan dinikmatidi masa yang akan datang dan akan menjadi biaya habis dikomsumsi dalam jangka pendek. 2. Aktiva Tidak Lancar Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relative permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan) Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah : a. Investasi jangka panjang bagi perusahaan yang cukup besar dalam arti mempunyai kekayaan atau modal yang cukup atau sering melebihi dari yang dibutuhkan, maka perusahaan ini dapat menanamkan modalnya dalam investasi jangka panjang diluar usaha pokoknya b. Aktiva tetap, yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya bisa dilihat dan dimiliki oleh perusahaan serta dapat digunakan dalam operasi yang bersifat permanen c. Aktiva tetap tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan d. Aktiva lain-lain adalah kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya 2. Kewajiban atau Hutang (Liabilities atau Pasiva) Kewajiban atau hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang timbul dari transaksi yang terjadi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Pada umumnya hutang dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1.Hutang lancar (Current Liabilities) Hutang lancar atau Hutang jangka pendek adalah hutang yang harus dilunasi dalam waktu tidak lebih dari satu tahun atau satu siklus normal operasi perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Yang termasuk kelompok hutang lancar adalah : a. Hutang dagang / usaha, yaitu hutang-hutang yang timbul karena adanya pembelian barang-barang dagangan secara kredit. b. Hutang wesel, yaitu hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan penbayarab sejumlah tertentu di masa yang akan datang. c. Hutang pajak, menunjukkan jumlah hutang perusahaan kepada lembaga pemerintah pemungut pajak. d. Biaya yang masih harus dibayar, biaya-biaya yang telah terjadi tetapi belum dilakukan pembayaran. e. Penghasilan diterima dimuka adalah penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang belum direalisasi 2.Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt) Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca. Hutang jangka panjang antara lain adalah: (a) Hutang obligasi (b) Hutang hipotek, adalah hutang yang dijamin dengan aktiva tertentu. (c) Pinjaman jangka panjang lainnya 3 Modal Ekuitas adalah hak pemilik atas aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan bersih (jumlah aktiva dikurangi kewajiban). Ekuitas terdiri dari setoran pemilik, sisa laba yang ditahan dan lain-lain. Laporan Laba Rugi Pengertian laporan laba rugi adalah suatu laporan yang memberikan gambaran ringkas dan disusun secara sistematis mengenai penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang menjadi tanggungan perusahaan dalam menjalankan usahanya, sehingga diketahui laba yang diperoleh/rugi yang diderita perusahaan selama periode tertentu. 2.2 Pengertian Modal Kerja dan Macam-macam Modal Kerja 2.2.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasi sehari-hari, misalnya untuk membeli bahan mentah, gaji pegawai, upah, dan lain sebagainya. Pada intinya setiap perusahaan akan selalu membutuhkan modal kerja dalam menjalankan seluruh kegiatan operasional didalam perusahaan tersebut. Dana yang telah dikeluarkan itu (modal kerja) diharapkan oleh setiap penanam modal (investor) akan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek atau dalam jangka waktu panjang. Dana yang telah dikeluarkan ini akan kembali ke dalam perusahaan melalui penjualan hasil produksinya (perusahaan dagang) atau jasa ditambah keuntungan yang maksimal. Modal kerja itu sendiri adalah sejumlah dana yang terikat dalam unsur-unsur aktiva lancar dan pada umumnya akan berputar dalam periode tertentu dan diharapkan akan kembali dalam periode tertentu juga. Adapun modal kerja yang cukup akan memudahkan perusahaan dalam menjalankan seluruh kegiatan didalam perusahaannya, sehingga tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan kegiatan operasi usaha dan menutupi seluruh pengeluaran atas biaya-biaya yang timbul karena adanya operasi usaha tersebut. Tetapi apabila modal kerjanya berlebihan maka akan mengakibatkan sebagian dana yang ada atau yang tersedia tidak produktif lagi. Apabila seperti ini terjadi maka akan mengurangi atau memperkecil kesempatan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba yang maksimal Karena kelebihan modal kerja akan menimbulkan pemborosan, investasi-investasi pada cabang yang tidak diinginkan dan dapat mengalami kerugian dari bunga bank karena saldo bank yang tidak dipergunakan, apabila perusahaan tersebut mendapatkan modal kerja dengan jalan meminjam dari bank. Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimilki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus disediakan untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari. ”Modal Kerja adalah suatu investasi perusahaan didalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), Piutang Dagang dan Persediaan”. (Houston & Brigham, 2006; 131). “Modal Kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap jangka pendek” (Djarwanto, 2005; 87). Dari kedua definisi di atas, menunjukan bahwa modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan dan yang dipergunakan juga untuk operasi perusahaan tersebut. Di bawah ini diterangkan tiga konsep dasar atau definisi dari modal kerja menurut (S. Munawir, 2007, 114-116) yaitu a. Konsep Kuantitatif Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai kebutuhan operasional yang bersifat rutin atau menunjukkkan sejumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga dengan modal yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan. b Konsep Kualitatif Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka waktu pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun jumlah aktiva lancar dari para pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya jumlah aktiva lancar yang lebih besar daripada jumlah hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin aktiva lancarnya. c. Konsep Fungsional Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : Bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya. Dari aktiva tetap tersebut yang menjadi bagian dari modal kerja tahun ini adalah sebesar penyusutan (depresiasi) aktiva-aktiva tersebut. Untuk tahun ini sebagian aktiva lancar sebagian besar merupakan unsur modal kerja, walaupun seluruhnya, ada sebagian aktiva lancar yang bukan merupakan modal kerja misalnya dalam piutang dagang yang timbul dari penjualan barang dagangan secara kredit. Dalam piutang tersebut, terdiri dari dua unsur, yaitu harga pokok barang yang dijual dan laba yang didapat dari penjualan barang tersebut. Harga pokok dari barang yang dijual tersebut merupakan unsur modal kerja, sedangkan keuntungan yang didapat bukanlah merupakan unsur modal kerja, tetapi merupakan modal kerja yang potensial. (S. Munawir, 2007, 114-116) 2.2.2 Pentingnya Modal Kerja Lebih dari separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar. Sebagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang besar dan seksama dari manager keuangan. Karena bagaimanapun aktiva lancar mempunyai pengaruh yang besar dalam menjalankan bisnis. Modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran operasi sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan juga akan memberikan beberapa keuntungan lain. Munawir dalam bukunya Analisa Laporan Keuamgan (2007:116-117), sebagai berikut: a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. c. Menjamin dimilikinya kredit perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. e. Memungkinkan bagi para pengusaha untuk memberi syarat kredit yang lebih menguntungkan bagi para pelanggannya. f. Memungkinkan bagi para perusahan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau pun jasa yang dibutuhkan. 2.2.3 Macam-macam Modal Kerja Modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan menurut Bambang Riyanto, dalam bukunya Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan tahun 2001 sebagai berikut : a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan atau dengan kata lain jumlah modal kerja itu harus tetap ada agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan modal kerja tersebut secara terus menerus selalu diperlukan untuk kelancaran usaha dalam suatu periode akuntansi. Modal Kerja Permanen terbagi menjadi 2, yaitu: 1) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) Yaitu sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya. 2) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) Yaitu sejumlah modal kerja yang digunakan untuk dapat menyelenggarakan luas produksi yang normal. Normal disini mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaannya. Apabila suatu perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata-rata per bulannya mempunyai produksi 1000 unit. Apabila kemudian ternyata 4 atau 5 bulan berikutnya luas produksi rata-rata per bulannya 2000 unit, maka luas produksi normalnya disinipun berubah menjadi 2000 unit. b. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Yaitu modal kerja yang berubah-ubah sesuai dengan perolehan keadaan dalam suatu periode. Modal Kerja ini dibagi menjadi 3 yaitu: !) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) Modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan musim. 2) Modal Kerja Siklus (Cylical Working Capital) Yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi kontinyunitas produk. 3) Modal Kerja Darurta (Emergency Working Capital) Yaitu modal kerja yang besarnya brubah-ubah dan penyebabnya tidak diketahui sebelumnya (misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, buruh mogok, huru-hara dan sebagainya) (Bambang Riyanto, 2001 : 61). 2.3 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja 2.3.1 Sumber-sumber Modal Kerja Menurut Djarwanto (2005:95), pada umumnya sumber-sumber modal kerja berasal dari : a. Pendapatan Bersih Surat-surat berharga yang merupakan salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan tersebut akan timbul kentungan. Penjualan surat berharga ini akan menyebabkan perubahan pos aktiva lancar dari pos-pos “surat-surat berharga” menjadi pos kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan ini merupakan sumber dari modal kerja. b. Penjualan Aktiva Tidak Lancar Hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan merupakan sumber lain yang menambah modal kerja. Perubahan aktiva tidak lancar tersebut menjadi kas akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut. c. Penjualan Saham atau Obligasi Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta pada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya. d. Dana Pinjaman dari Bank Dana pinjaman jangka pendek bagi perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membiayai kebutuhan modal kerja musiman siklus, darurat dan lain-lain e. Kredit dari suplier Material barang-barang, supplies dapat dibeli atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang dilunasi, perusahaan tersebut memerlukan sejumlah kecil modal kerja. Sumber-sumber modal kerja dapat ditambah apabila : 1) Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan. 2) Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar. 3) Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotik atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar. 2.3.2 Penggunaan Modal Kerja Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Penggunaan aktiva lancar yang dapat mengakibatkan menurunnya modal kerja, menurut (S. Munawir, 2007:125-127) adalah sebagai berikut a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos perusahaan. b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahan karena adanya penjualan surat berharga atau efek. c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang. d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya. e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang. f. Pengambilan uang atau barang dagang oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive). Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan laporan sumber-sumber penggunaan dana dalam arti modal kerja adalah : a. Menyusun laporan modal kerja b. Mengelompokkan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accounts antara 2 titik waktu tersebut, kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang memperkecil modal kerja. c. Mengelompokkan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan perubahannya merupakan efek memperbesar modal kerja dan golongan kerja yang memperkecil modal kerja. Berdasarkan informasi tersebut dapatlah disusun sumber-sumber dan penggunaan modal kerja. 2.3.3 Pengukuran efektivitas modal kerja Di dalam mengadakan interprestasi, dan analisa efektifitas modal kerja suatu pekerjaan, seorang analisis keuangan memerlukan suatu ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan rasio adalah merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolute, untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan financial. Menurut Djarwanto (2005:146) macam-macam rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa, maupun pada dasarnya angka-angka rasio yang ada dapat digolongkan kedalam kedua kelompok yaitu : a. Rasio yang berdasarkan sumber data keuangan 1) Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio) Yang tergolong didalam kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio 2) Rasio-rasio laporan laba – rugi yang dalam penyusunan semua datanya diambil dari laporan laba – rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio. 3) Rasio-rasio antar laporan (inter statement) Yaitu semua angka rasio yang penyusunan datanya berasal dari neraca dari data lainnya dari laporan laba – rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat perputaran piutang (account receivable turnover), sales to inventory, sales to fixed asset. b. Angka-angka rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut 1) Rasio Likuiditas digunakan perusahaan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. 2) Rasio Leverage mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang serta menilai sampai sejauh mana sumber pembiayaan perusahaan berasal dari pinjaman. 3) Rasio Aktifitas mengevaluasi kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya. 4) Rasio Profitabilitas mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Oleh karena itu berdasarkan tujuan dari penganalisaan dalam penulisan ini maka disini hanya akan diterangkan mengenai rasio profitabilitas. Ratio ini sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efektifitas modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu juga penting bagi kredit jangka panjang dan para pemegang saham yang ingin mengetahui prospek pembayaran bunga dan deviden di masa yang akan datang. Untuk mengetahui semua itu perlu angka-angka rasio yang ada hubungannya dengan modal kerja, serta hasil yang ingin dicapai sebagai akibat dari penggunaan modal kerja tersebut. Rasio yang berhubungan erat dengan modal kerja dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan 2.4 Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi perusahaan, tapi berapakah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Sifat umum atau tipe perusahaan mempunyai perbedaan kebutuhan modal kerja, misalnya antara perusahaan jasa dengan perusahaan industri ataupun perusahaan perdagangan. Perusahaan dalam bidang industri relatif membutuhkan modal kerja yang relatif besar dibandingkan dengan perusahaan di bidang jasa ataupun perdagangan, karena dalam produksi barang membutuhkan investasi bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi untuk menjamin seluruh kelancaran-kelancaran penjualan. Sedangkan pada perusahaan dagang kebutuhan modal kerja relatif kecil karena hanya memerlukan persediaan barang jadi. Sama halnya dengan perusahaan jasa yang hanya membutuhkan modal kerja relatif karena investasi yang diperlukan dalam persediaan dan investasi dalam piutang pencairannya untuk menjadi kas relatif cepat. 2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Di samping itu harga beli per unit barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga beli per unit barang yang akan dijual akan semakin besar pula kebutuhan modal kerja. Jika syarat kredit diterima perusahaan pada waktu pembelian menguntungkan, berarti makin sedikit uang kas yang harus diivestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, demikian pula sebaliknya. Di samping itu modal kerja yang di pengaruhi oleh syarat penjual barang, dimana semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Dan untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan resiko piutang tak tertagih perusahaan biasanya memberikan potongan tunai. 3. Tingkat Perputaran Persediaan Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan bahwa berapa kali persedian tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang diinvestasikan dalam persediaan akan semakin rendah. Semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan piutang. 4. Tingkat Perputaran Piutang Besarnya modal kerja yang dibutuhkan juga tergantung dari lamanya waktu yang diperlukan untuk menjadikan piutang menjadi uang kas. Waktu penarikan yang lebih singkat akan memperkecil modal kerja yang ditanamkan pada piutang tersebut. 5. Pengaruh Konjungtor Pada periode makmur aktifitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang-barang yang lebih banyak karena harga yang masih rendah. Dengan meningkatnya persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan akan semakin banyak. Tetapi pada periode depresi, perusahaan berusaha secepatnya menjual barang-barangnya dan menagih pembayaran atas piutang-piutangnya kemudian uang yang diperoleh dimanfaatkan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi hutang-hutang atau menutup kerugian. 6. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek Resiko kerugian yang semakin besar sebagai akibat menurunnya nilai dibandingkan dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang dan piutang akan menyebabkan semakin besar pula jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk membayar harga dan melunasi hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang yang sudah jatuh tempo. 7. Pengaruh Musim Perusahaan yang penjualannya dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah modal kerja yang maksimum untuk periode relatif pendek. Modal kerja dalam bentuk persedian barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelaskan puncak penjualannya. 8. Kredit Rating dari Perusahaan Jumlah modal kerja baik kas maupun surat-surat berharga yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas ini tergantung pada empat hal yaitu: a. Credit ranting dari suatu perusahaan (yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam meminjam uang untuk keperluan kas dalam jangka pendek). b. Perputaran persediaan c. Perputaran Piutang d. Kesempatan memperoleh potongan harga dalam pembelian 2.5 Profitabilitas Perusahaan 2.5.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain menurut Drs Abdul Halim (2007:157) profitabilitas adalah sebagai berikut : “Mengukur sampai seberapa besar efektifitas manajemen dalam mengelola asset dan equity yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba”. Pengertian Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan, rasio yang terdahulu (likuiditas, leverage dan aktivitas) menyajikan beberapa hal yang menarik tentang cara-cara perusahaan beroperasi. Tetapi rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan”. Dan menurut Houston & Brigham ( 2006;107) adalah: Hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan perusahaan”. Sedangkan menurut Darsono, (2007:55) mengatakan bahwa pengertian dari profitabilitas adalah “Kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba terdiri dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih”. Jadi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dalam pendapat mengenai pengertian profitabilitas, hanya saja pendapat itu saling melengkapi sehingga benar-benar diakui bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang maksimal. Dari definisi ini sudah terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicapai adalah laba perusahaan, sebab dari laba inilah kita mengetahui berapa besar kemampuan modal yang kita miliki. Dan untuk mengetahui apakah modal yang telah dikeluarkan telah mencapai hasil yang maksimal dan apakah keuntungan telah sesuai dengan yang diharapkan. 2.5.2 Arti Pentingnya Profitabilitas Profitabilitas yang digunakan sebagai Kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai tujuan pokok dan dapat dipakai sebagai: a. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahaan dalam hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen. b. Suatu alat membuat proyeksi laba perusahaan karena menggambarkan kolerasi antara laba dan jumlah modal yang ditanamkan. c. Suatu alat pengendalian bagi manajemen Profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak internal untuk menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan pasar pengambilan keputusan penanaman modal. 2.5.3 Ratio-ratio Profitabilitas Jenis-jenis Ratio profitabilitas adalah : a. Gross Profit Margin Yaitu perbandingan antara laba kotor dengan penjualan, dimana perbandingan tersebut dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi ratio berarti semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba. Gross Profit Margin = b. Net Profit Margin Yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dan penjualan yang dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi ratio berarti semakin baik perusahaan. NPM = c. Operating Profit Margin (OPM) Yaitu perbandingan Laba operasi perusahaan dengan penjualan yang dimiliki perusahaan dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi ratio berarti semakin baik perusahaan. OPM = d. Earning Power of Total investment Rasio diatas adalah perbandingan antara Laba sebelum pajak dengan total aktiva yang dinyatakan dalam persentase dan bertujuan untuk melihat profitabilitas secara keseluruhan serta efisiensi manajemen suatu perusahaan. EPT = e. Return On Equity (ROE) Return On Equity adalah rasio dimana membandingkan antara laba bersih dengan modal, dimana disajikan dengan persentase. Equity disini adalah terdiri modal disetor, cadangan dan laba ditahan. ROE = f. Return On Investment (ROI) ROI adalah rasio yang lazim digunakan, yaitu membandingkan seberapa perkiraan laba yang dapat diperoleh dengan investasi yang telah ditanam. ROI = g. Return On Asset (ROA) ROA adalah rasio yang lazim digunakan, yaitu membandingkan seberapa perkiraan laba bersih yang dapat diperoleh dengan total asset yang ada. www.wordpress.com

Selasa, 13 Maret 2012

Analisa Sumber & Penggunaan Kas

1. Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian, yang di laporkan adalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekanan yang di berikan dalam laporan ini adalah perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar secara keseluruhan dan tidak akan menunjukan jumlah uang yang telah diterima atau dikeluarkan selama periode tersebut. Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat di gunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat di gunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya. 2. Sumber Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari: a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas. b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. c. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas. d. Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya. e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya. f. Keuntunga dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan 3. Penggunaan Kas Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut. a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya. b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan. c. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. d. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya opersi yang meliputi upah dan gaji, pembeliansupplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian. e. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya. f. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan untuk menutup kerugian tersebut. 4. Laporan Sumber Dan Penggunaan Kas Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas. Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi kas menurut sumber masing-masing serta tujuannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap dan masih murni. Bagi eksternal analisis, menyusun laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut. Dalam menganalisis perubahan yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang tidak mempengaruhi kas (noncash transaction). Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain sebagai berikut: a. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset, dan wasting assets. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas. b. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan sudah tidak dapat di tagih lagi. c. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah habis disusut dan atau sudah tidak dapat dipakai lagi. d. Adanya pembayaran stock devidend (dividen dalam bentuk saham), adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. 5. Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana Dalam Aliran Kas Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas, dimana dana dalam artian kas memiliki langkah-langkah sebagai berikut : a. Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua titik waktu tertentu dalam kolom pertama dan kedua. b. Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang diperbandingkan (current year). c. Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos neraca, tunjukkan dalam kolom ”Perubahan” debit dan kredit. Kolom perubahan debit untuk mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan utang dan modal serta bertambahnya biaya serta berkurangnya penhasilan. Sedangkan kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva, kenaikan utang dan modal, bertambahnya penghasilan dan berkurangnya biaya. d. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos neraca dan pos-pos laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang tidak mempengaruhi kas. e. Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja tersebut untuk menghilangkan akibat atau pengaruhtransaksi nonkas yang sudah dicatat dalam periode tersebut. f. Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan kecuali perubahan kas) Ke dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan Kas” atau “Sumber dan Penggunaan Kas”. Penurunan aktiva (selain kas), kenaikan utang, modal dan penghasilan merupakan sumber kas, sedangkan kenaikan aktiva (selain kas), penurunan utang, modal dan kenaikan biaya merupakan penggunaan kas. Perubahan kas tidak perlu dipindahkan ke kolom sumber dan penggunaan kas karena perubahan kas inilah yang dianalisis, selisih jumlah kolom sumber kas dengan penggunaan kas harus sama dengan perubahan yang terjadi dalam pos “Kas”. g. Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas datanya diambil dari dua kolom terakhir dari lembar kerja.

Estimasi Budget Kas

PT Kelapa Gading ingin menyusun budget kas-nya bagi kuartal ke-2 tahun 2006 dengan bahan informasi sebagai berikut: Bulan Penjualan Penjualan Tunai Maret 400.000 100.000 April 500.000 125.000 Mei 700.000 175.000 Juni 600.000 150.000 Juli 500.000 125.000 Kebijakan penjualan oleh perusahaan atas penjualan kreditnya 20% dibayar pada bulan terjadinya transaksi penjualan, sedangkan sisanya 80% dibayar pada bulan berikutnya. Perusahaan tersebut menetapkan saldo kas minimum Rp 100.000. Selanjutnya dalam pembelian barang dagangan didasarkan atas kebijakan di mana 70% dibayar 1 bulan sebelumnya; di mana 70% tadi pada dasarnya merupakan harga pembelian yang sebenarnya jikalau diperhitungkan dengan harga sebenarnya. Kemudian beban gaji yang harus diperhitungkan setiap bulannya sebesar 9% dari harga penjualannya; dan kewajiban pembayaran sewa per bulan adalah Rp 20.000. Biaya operasi April Rp 50.000; Mei Rp 60.000; dan bulan Juni Rp 20.000. Pajak pada bulan Mei harus dibayar Rp 40.000, serta pembayaran dividen pada bulan Mei sebesar Rp 40.000. Diperkirakan saldo kas awal bulan April sebesar Rp 125.000. Susunlah budget kas PT Kelapa Gading jikalau perusahaan mencari pinjaman harus diperhitungkan dengan tingkat bunga 2% perbulan. Jikalau terjadi transaksi finansial pinjaman, nilainya dibulatkan dalam kelipatan Rp 5.000. Tahap I – Estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasi perusahaan. Tahap II – Perhitungan pinjaman dan pengembalian Perhitungan saldo awal bulan Maret Saldo kas awal bulan April = Saldo kas akhir bulan Maret = Rp 125.000 = SA0 Saldo kas awal bulan Maret = SM0 SA0 = SM0 + Penerimaan bulan Maret – Pengeluaran bulan Maret 125.000 = SM0 + 160.000 – 406.000 125.000 = SM0 – 246.000 SM0 = 125.000 + 246.000 SM0 = 371.000 (Saldo kas awal bulan Maret) Perhitungan besarnya pinjaman pada bulan April Defisit bulan April sebesar Rp 165.000, persediaan besi kas Rp 100.000, sedangkan saldo kas awal bulan April sebesar Rp 125.000. Besarnya pinjaman pada bulan April adalah sebesar X dengan perhitungan sebagai berikut: X = Defisit + Besi Kas – Saldo Awal + (i.X) X = 165.000 + 100.000 – 125.000 + 2%.X X = 140.000 + 0.02X X – 0.02X = 221.000 0,98X = 221.000 X = 221.000/0,98 X = 142.857,14 dibulatkan ke atas menjadi Rp 145.000 Kalau meminjam sebesar Rp 145.000 maka pada akhir April saldo kas adalah lebih dari saldo minimum (besi kas) Adapun perhitungannya sebagai berikut: Saldo kas pada permulaan April : Rp 125.000 Terima pinjaman dari bank : Rp 145.000 Jumlah kas tersedia pada bulan April : Rp 270.000 Untuk menutup defisit : Rp 165.000 Bunga pinjaman 2% x 145.000 : Rp 2.900 Jumlah : Rp 167.900 Saldo kas pada akhir bulan : Rp 102.100 Perhitungan besarnya pinjaman pada bulan Mei Defisit bulan Mei sebesar Rp 63.000, persediaan besi kas Rp 100.000, sedangkan saldo kas awal bulan Mei sebesar Rp 102.100. Besarnya pinjaman pada bulan Mei adalah sebesar X dengan bunga total pinjaman sebesar 2%.X ditambah 2% dari pinjaman bunga lalu, perhitungan besarnya pinjaman X adalah sebagai berikut: X = Defisit + Besi Kas – Saldo Awal + (i.X) + (i.XT-1) X = 63.000 + 100.000 – 102.100 + 2%.X + 2%.145.000 X = 60.900 + 0.02X + 2.900 X – 0.02X = 63.800 0,98X = 63.800 X = 63.800/0,98 X = 65.102 dibulatkan ke atas menjadi Rp 70.000 Kalau meminjam sebesar Rp 70.000 maka pada akhir Mei saldo kas adalah lebih dari saldo minimum (besi kas) Adapun perhitungannya sebagai berikut: Saldo kas pada permulaan Mei : Rp 102.100 Terima pinjaman dari bank : Rp 70.000 Jumlah kas tersedia pada bulan Mei : Rp 172.100 Untuk menutup defisit : Rp 63.000 Bunga pinjaman 2% x 145.000 : Rp 2.900 Bunga pinjaman 2% x 70.000 : Rp 1.400 Jumlah : Rp 67.300 Saldo kas pada akhir bulan : Rp 104.800 Perhitungan Pembayaran kredit pada bulan Juni Total pinjaman bulan sebelumnya (X) = 145.000 + 70.000 = 215.000 Surplus bulan Juni Rp. 216.000, saldo minimum Rp 100.000, sedangkan saldo awal bulan Juni sebesar Rp 104.800, sehingga jumlah pinjaman yang dapat dikembalikan pada bulan Juni adalah sebesar Y. Saldo akhir bulan Juni = Saldo awal + Surplus – Y – 2%.(X – Y) 100.000 = 104.800 + 216.000 – Y – 2%.(215.000 – Y) 100.000 = 320.800 – Y – 2%.215.000 + 2%.Y = 320.800 – 4.300 – 0,98.Y 0,98.Y = 316.500 – 100.000 Y = 216.500/0,98 Y = 220.918.37 lebih besar dari pinjaman Karena pinjaman dapat dikembalikan semua maka akan dikembalikan sebesar Rp 215.000 Kalau mengembalikan sebesar Rp 215.000 maka pada akhir Juni saldo kas masih lebih dari saldo minimum (besi kas) Adapun perhitungannya sebagai berikut: Saldo kas pada permulaan Juni : Rp 104.800 Surplus : Rp 216.000 Jumlah kas tersedia pada bulan Juni : Rp 320.800 Untuk membayar kredit : Rp 215.000 Jumlah : Rp 215.000 Saldo kas pada akhir bulan : Rp 105.800 Tahap III – Skedul penerimaan dan pembayaran pinjaman dan bunga Tahap IV – Penyusunan budget kas final Sebagai tahap terakhir dalam penyusunan budget kas tersebut adalah penyusunan budget kas final yang merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansial yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan. Budget kas untuk kuartal kedua PT Kelapa Gading adalah: http://yohanli.wordpress.com/2009/03/20/menyusun-budget-kas/

Flowchart budget kas dan pengeluaran kas perusahaan manufacture

Siklus produksi berkaitan dengan proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Aktivitas produksi bermula dengan permintaan bahan baku dan bahan-bahan lainnya untuk diproses dalam pabrik dan diakhiri dengan penyerahan produk ke gudang. Dalam siklus ini terjadi interaksi antara jasa-jasa tenaga kerja, peralatan produksi, bahan baku dan pembantu yang akan diolah menjadi produk baru yang mempunyai nilai guna lebih tinggi. Komponen persediaan terdiri dari : persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi (persediaan prosuk dalam proses), persediaan produk jadi dan persediaan supples. Keempat kategori persediaan tersebut terbentuk dalam perusahaan manufaktur. Komposisi dalam perusahaan dagang ataupun perusahaan jasa akan berbeda dengan perusahaan manufacturing. Apapun bentuk perusahaan klien prosedur dan teknik yang digunkan dalam pemeriksaan pada dasarnya akan sama. Masalahnya dalam perusahaan manufacturing pemeriksaan produk dalam proses munkin lebih rumit. Hal ini mengingatkan untuk mengetahui berapa komposisi penyelesaian suatu produk diperlukan justifikasi dari para ahli untuk menentukan berapa besarnya tingkat penyelesaian suatu produk. Pencataan transaksi akutansi biaya bermula dari penyerahan bahan baku dan pembantu diakhiri dengan penyerahan produk yang diselesaikan digudang. Hal ini berbeda dengan pendekataan dalam pengauditan, yang membagi aktivitas audit dalam beberapa siklus audit. Transaksi pencatatan pembelian bahan diaudit melalui siklus pembelian; transaksi yang mempengaruhi tenaga kerja langsung dan overhead pabrik diaudit melalui siklus jasa-jasa tenaga kerja; transaksi yang mempengaruhi pencatatan produk dalam proses, pesediaan produk jadi dan produk dalam proses diaudit melalui siklus produksi; dan transaksi yang membentuk kos produk terjual dan piutang dagang diaudit melalui siklus pendapatan. FUNGSI-FUNGSI YANG TERKAIT 1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, fungsi ini bertanggung jawab untuk menyusun rencana produksi dan pengendaliannya. Semua perintah produksi yang dikeluarkannya mengunakan formulir bernomor urut bercetak didasarkan pada pesanan dari para pelanggan. Perintah produksi dilengkapi produk lainya. Apabila produk ini di dasarkan kepada pelanggan. Dalam hal ini, bagian PPC bertanggung jawab pula terhadap penggunaan bahan dan waktu kerja, dan melakukan penelusuran kemajuan penyelesaian pesanan sampai produk yang dipesan benar-benar selesai. 2. Pengeluaran bahan baku, fungsi ni melaksanakan pengeluaran bahan berdasarkan dokumen yang dibuat bagian PPC yang disebut material requisition slips. Dalam slip ini dijelaskan mengenai jenis barang yang dibutuhkan, berapa banyak barang yang dibutuhkan, untuk pesanan nomer berapa, dan untuk departeman mana barang-barang tersebut digunakan, serta siapa penanggung jawab terhadap pengguna bahan tersebut. 3. Pemrosesan produk dalam departemen produksi, pemrosesan suatu produk ditangani oleh para pekerja dan dicatat dalam time tickets. Dokumen ini diperiksa oleh supervisor(mandor) dan harus dicocokan oleh data yang ada dalam kartu hadir untuki menegaskan kebenaran apayang dikerjakan oleh para pekerja pabrik. Apabila produk telah diselesaikan dan telah diperiksan oleh supervisor yang bertanggung jawab, maka produk tersebut segera dikirim ke departemen berikut dengan tanda penerimaannya. 4. Penyerahan produk yang sudah diselesaikan ke gudang produk jadi, fungsi ini terkait dengan penyerahan produk selesai di gudang produk jadi. Semua penyerahan produk selesai ke gudang diakhiri dengan penerimaan produk tersebut dengan diserta tanda penerimaan dengan membubuhkan tanda tangan pejabat gudang pada moving tickets. 5. Perlindungan terhadap persediaan produk yang sedang diproses, semua bahan-bahan yang berada di pabrik adalah bahan-bahan yang mudah dicuri dan rusak. Smua barang-barang tersebut harus diamankan dengan baik, yang oleh karenanya orang-orang yang berhubungan dengannya harus dibatasi. Perlindungan terhadap produk dalam proses dilengkapi dengan fasilitas untuk mengadakan pengawasan tempat produksi oleh para pengawas dan satuan pengamanan pabrik. 6. Pembebanan dan pencatatan kos produk yang diselesaikan, fungsi ini berkaitan dengan aktivitas berikut: o Pembebanan bahan baku langsung dan buruh langsung kepada produk dalam proses o Penentuan biaya overhead pabrik kepada produk dalam proses o Penyerahan kos diantara departemen produksi o Penyerahan kos produk terselesaikan kepada produk selesai 7. Pemeliharaan kebenaran saldo persediaan, fungsi ini berkaitan dengan aktivitas pengecekan oleh orang yang independen terhadap persediaan bahan, produk dalam proses dan produk jadi dengan buku besar yang berhubungan dengannya